Selasa, 23 Oktober 2012

Tugas Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan Penjurusan di SMA PIUS Tegal menggunakan Metode AHP dengan Software Expert Choice 2000


Abstrak
Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasikan masalah, memilih data yang relevan dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan sampai mengevaluasi pemilihan alternatif-alternatif yang ada dan didukung oleh software Expert Choice 2000. Metode yang digunakan adalah AHP ( Analytical Hierarcy Process ) untuk membantu guru dalam menentukan jurusan yang cocok bagi siswa yang biasa dilakukan pada akhir semester 2 kelas X. Metode Analysis AHP yaitu pendekatan yang digunakan berdasarkan analisis kebijakan yang bertujuan untuk mendapatkan keputusan yang tepat dan optimal bagi guru.

Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Expert Choice 2000, Analytical Hierarki Proces




PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada era informasi dan globalisasi ini penggunaan teknologi informasi begitu cepat berkembang dengan pesat. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut untuk melakukan kegiatan operasional secara efektif dan efisien untuk mempertahankan tingkat pelayanan mutu terhadap siswa dan masyarakat, sehingga sistem komputerisasi sangat tepat untuk membantu pengambilan keputusan, agar lebih akurat dan mudah. Teknologi software komputer saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan berbagai bidang dalam kehidupan sehari - hari. Dengan kecanggihan informasi sekarang ini pekerjaan yang ingin diselesaikan oleh manusia dapat dengan mudah diatasi dengan penggunaan software komputer. Peranan komputer sangat diperlukan untuk menyediakan informasi dengan cepat, tepat dan akurat. Salah satu fungsi dari software komputer adalah untuk mengolah data menjadi informasi yang diperlukan oleh user. Semakin tinggi tingkat ketelitian dalam pengolahan data suatu perusahaan/instansi, semakin tinggi pula efesiensi dan efektifitas informasi yang dihasilkan.
Bagi sekolah - sekolah yang ingin meningkatkan pelayanan dan mutu, dalam kegiatan operasionalnya maka sudah saatnya mengganti dari sistem manual menjadi sistem informasi. Adapun kekurangan dari penggunaan sistem manual adalah dengan menggunakan sistem manual maka kegiatan operasional akan sering terhambat atau terkendala dengan waktu dan kesalahan teknik baik penulisan maupun penyajian informasi yang diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan dalam melaksanakan kegiatan operasional sekolah. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan suatu sistem yang dapat mempermudah dan mempersingkat kegiatan dalam pelaksanaan ataupun penyajian sistem informasi penentuan keputusan penjurusan pada sekolah-sekolah.
Sesuai dengan uraian diatas bahwa komputer sangat diperlukan didalam bidang pendidikan maka hendaknya setiap sekolah sudah memakai sistem komputerisasi dalam pengolahan data. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, SMA yang merupakan Sekolah Menengah Atas modern dituntut untuk menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam penentuan keputusan penjurusan.
Untuk mencapai tujuan dan target sekolah, Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap perancangan, perencanaan dan pembuatan sistem informasi pendukung keputusan, dimana sistem informasi ini telah dirancang dan direncanakan sesuai dengan hasil penelitian. Banyak siswa kelas X semester 2 bingung untuk memilih jurusan apa yang akan mereka pilih untuk naik di kelas XI, minat, bakat dan nilai akademik siswa pun kadangkala tidak sejalan. Guru pun belum bisa mengukur kemampuan siswa dari segi bakat dan akademik. Kadangkala guru hanya mengukur dari segi nilai rapor atau ranking di kelas. Hal ini tentunya menyulitkan siswa untuk masuk ke jurusan sesuai dengan bakatnya. Untuk itulah peneliti melakukan penelitian tentang penjurusan SMA untuk membantu siswa dalam memilih jurusan sesuai dengan bakat dan akademik masing-masing siswa. Dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) sebagai model analisis uji komparasi dan software Expert Choice 2000 untuk uji komparasi perbandingan berpasangan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah Sistem Informasi Pendukung Keputusan Penentuan Penjurusan pada SMA. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat mempermudah dan membantu pihak sekolah dalam menentukan penjurusan di sekolah, maka penulis akan membahas suatu Sistem Informasi Pendukung Keputusan pada SMA/ SMU dengan judul “Sistem Informasi Pendukung Keputusan Penentuan Penjurusan di SMA”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, serta untuk menentukan arah dari Penulisan Makalah ini, dengan demikian perumusan permasalahan yang ada adalah Bagaimana cara untuk membantu siswa dalam memilih penjurusan yang sesuai dengan bakat dan akademik masing-masing siswa sehingga dapat meningkatkan mutu dan pelayanan terhadap siswa.

Tujuan
Dalam makalah ini akan dibahas tentang cara memudahkan proses penjurusan siswa sehingga pelayanan kepada siswa lebih maksimal, cepat dan akurat. Hal ini juga akan berdampak pada pengatahuan siswa akan kecanggihan teknologi.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini dirancang dan dikembangkan dengan metode deskriptif analitik dengan menyajikan rangkuman hasil survey dan wawancara yang serupa berupa kuesioner. Dengan metode ini akan digambarkan kondisi saat ini serta akan dilakukan analisis penjurusan SMA. Selanjutnya dilakukan pencarian data sekunder yang ada di lapangan melalui berbagai media seperti internet, buku literature, jurnal, dan artikel sehingga didapatkan informasi yang akurat mangenai penjurusan SMA. Selain itu juga dilakukan identifikasi sistem dengan mempertimbangkan variable-variabel pendukung penerapan hasil keputusan dengan cara melakukan wawancara dan pemberian kuesioner kepada pakar. Hal ini merupakan tahapan yang penting karena model yang dibuat harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kemudian hasil wawancara dengan pakar dijadikan data yang selanjutnya diolah dengan menggunakan pendekatan proses hierarki analitis (AHP) untuk mendapatkan hasil berupa langkah-langkah strategis yang harus dilakukan pada penerapan hasil keputusan. Keputusan yang diperoleh segera ditindaklanjuti berupa tindakan atau dapat pula dikaji ulang bila ternyata diperoleh informasi baru yang mempengaruhi hasil untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga akan diperoleh keputusan yang baru.






PEMBAHASAN

SMA PIUS Tegal
Merupakan salah satu sekolah swasta di Tegal yang terakreditasi, rencana kedepan SMA PIUS Tegal adalah ingin memenuhi kebutuhan sistem informasi guna meningkatkan mutu dan pelayanan terhadap siswa dan masyarakat.

Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan
Definisi sistem adalah sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan fungsi guna mencapai suatu tujuan.
Secara umum, sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tak terstuktur dan semi terstruktur.

Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan yang komplek /  rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau variable ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian memberikan nilai numeric untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari setiap variable dan mensintetis penilaian untuk variable mana yang memiliki prioritas tertinggi yang akan mempengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut. Metode ini dikembangkan awal tahun 1970-an oleh Thomas L. Saaty, seorang matematika dari Universitas Pittsburg. Analisis ini ditunjukkan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk masalah yang terukur (kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana data statistic sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman atau intuisi.
Model Analytical Hierarchy Process (AHP) memakai persepsi manusia yang dianggap “expert” sebagai inputan utamannya. Kriteria “expert” disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah jenius, pintar, bergelar doctor dan sebagainnya. Tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti betul permasalahan yang dilakukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :
1.      Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur-unsurnya ke bentuk hierarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hierarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai Complete dan Incomplete. Suatu hierarki keputusan disebut Complete jika semua elemen pada suatu tingkat berikutnya, sementara hierarki keputusan Incomplete kebalikan dari hierarki yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai hubungan (Lihat gambar 2.1 dan 2.2). Pada umumnya Problem nyata mempunyai karakteristik struktur yang Incomplete. Bentuk struktur Decomposition yakni :
Tingkat pertama     : Tujuan Keputusan (Goal)
Tingkat kedua        : Kriteria-kriteria
Tingkat ketiga        : Alternatif-alternatif

 
 


Hierarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan Karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu

2        Penilaian Komparasi (Comparative Judgement)
Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen-elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matrix pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk setiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).

3        Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority)
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan.
Untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.


2        Konsistensi Logis (Logical Consistency)
Logical Consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagregasikan seluruh eigen vector eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hierarki dan selanjutnya diperoleh suatu vector composite timbang yang dihasilkan urutan pengambilan keputusan.

Penyelesaian AHP dengan Aplikasi Expert Choice 2000
Expert Choice 2000 merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk perhitungan pemecahan persoalan dengan AHP sebagai Expert Choice. Pada makalah ini, digunakan analisis dengan perhitungan aplikasi Expert Choice 2000. Tujuan dilakukan analisis ini adalah untuk membuktikan aplikasi Expert Choice yang sudah teruji keandalannya.



Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama atau tertinggi yaitu kriteria akademik dengan bobot 0,591 atau sebanding dengan 59,1% dari total kriteria. Peringkat prioritas kriteria yang terakhir adalah bakat dengan nilai bobot 0,409 atau sebanding dengan 40,9% dari total kriteria.





 Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama atau tertinggi yaitu subkriteria praktek dengan nilai bobot 0,250 atau sebanding dengan 25,0% dari total subkriteria. Peringkat prioritas subkriteria berikutnya adalah bahasa dengan nilai bobot 0,192 atau sebanding dengan 19,2% dari total subkriteria. Peringkat prioritas subkriteria berikutnya adalah logika dan social dengan nilai bobot 0,188 atau sebanding dengan 18,8% dari total subkriteria. Peringkat prioritas yang terakhir adalah sains dengan nilai bobot 0,182 atau sebanding dengan 18,2% dari total subkriteria.



Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama atau tertinggi yaitu subkriteria kecerdasan umum dengan nilai bobot 0,226 atau sebanding dengan 22,6% dari total subkriteria. Peringkat prioritas subkriteria berikutnya adalah penalaran abstrak dengan nilai bobot 0,222 atau sebanding dengan 22,2% dari total subkriteria. Peringkat prioritas subkriteria berikutnya adalah logika dengan nilai bobot 0,204 atau sebanding dengan 20,4% dari total subkriteria. Peringkat prioritas berikutnya adalah penalaran verbal dengan nilai bobot 0,180 atau sebanding dengan 18,0% dari total subkriteria peringkat prioritas yang terakhir adalah numerical dengan nilai bobot 0,169 atau sebanding dengan 16,9% dari total subkriteria.





Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa utama atau tertinggi alternative strategis adalah IPA dengan nilai bobot 0,259 atau sebanding dengan 25,9% dari total alternative yang ditetapkan. Peringkat prioritas alternative berikutnya adalah bahasa dengan nilai bobot 0,253 atau sebanding dengan 25,3% dari total alternative yang ditetapkan. Peringkat prioritas alternative berikutnya adalah keagamaan dengan nilai bobot 0,251 atau sebanding dengan 25,1% dari total alternative yang ditetapkan. Peringkat prioritas alternative yang terakhir adalah IPS dengan nilai bobot 0,236 atau sebanding dengan 23,6% dari total alternative yang ditetapkan.








KESIMPULAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah Penjurusan di SMA PIUS dengan menggunakan AHP di software Expert Choice 200 dapat memudahkan siswa untuk memilih jurusan sesuai dengan bakat dan akademik masing-masing siswa tersebut serta dengan pengolahan data ini, siswa dapat memperoleh informasi yang tepat tentang jurusan mana yang seharusnya dipilih demi masa depan mereka. Dan dari hasil penelitian dengan menggunakan software Expert Choice 2000 dapat disimpulkan bahwa jurusan IPA menjadi solusi terbaik dari keempat alternative yang disajikan.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas diharapkan pihak SMA PIUS Tegal dapat selalu menggunakan software Expert Choice 2000 dalam rangka membina penjurusan yang lebih matang dan lebih baik bagi siswa-siswanya. Sehingga mutu siswa lulusan dari SMA PIUS Tegal dapat menjadi bibit yang unggul dalam bidangnya.

Daftar Pustaka
Fitriyani. 2012. “Sistem Pendukung Keputusan Penjurusan SMA Menggunakan Metode AHP”, Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2012 (Semantik 2012) .
Teknomo, K., Siswanto, H. dan Yudhanto, S. A. 1999. “Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process dalam Menganalisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda ke Kampus”. Jurnal Dimensi Teknik Sipil, Universitas Petra 1(1): hal. 31-39.

Ari.S.P., Mulya.A.A. 2008.”Sistem Pengambilan Keputusan Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi”, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh November: hal. 1-14.

Denny, H., Frame Work Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode AHP, Yogyakarta, Skripsi Ilkom FMIPA UGM, 2006.

Susila, W dan Munadi, Ernawati. 2007. “Penggunaan Analytic Hierarchy Process”